Ribuan Hektare Hutan Jadi Sawit, Habitat Gajah di Bengkulu Sirna
Daftar isi:
Koalisi Selamatkan Bentang Seblat mengungkapkan besarnya dampak kerusakan lingkungan yang terjadi di hutan habitat gajah. Dalam rentang waktu kurang dari dua tahun, mereka melaporkan hilangnya hingga 1.585 hektare hutan akibat konversi lahan untuk perkebunan sawit. Keberadaan Gajah Sumatera terancam serius jika kondisi ini tak segera diatasi.
Kehilangan luas lahan ini tidak hanya mengancam ekosistem, tetapi juga memperburuk kondisi kehidupan satwa yang bergantung pada hutan. Dalam laporan itu, koalisi mencatat bahwa konversi lahan terjadi di kawasan strategis yang seharusnya dilindungi, yakni di Provinsi Bengkulu.
Supintri Yohar, perwakilan dari Yayasan Auriga, menjelaskan bahwa perambahan hutan ini terjadi di kawasan konsesi dua perusahaan kehutanan. Dalam beberapa bulan terakhir, tekanan terhadap habitat alami gajah ini semakin meningkat dan membutuhkan perhatian segera.
Penyebab Kerusakan Hutan di Bentang Alam Seblat
Kondisi lingkungan di daerah perambahan menunjukkan adanya aktivitas penebangan hutan yang masif. Penyebab utama kerusakan ini adalah alih fungsi lahan untuk komoditas pertanian, khususnya sawit, yang sangat menguntungkan secara ekonomi. Hal ini menciptakan insentif untuk menebang hutan demi keuntungan jangka pendek.
Aktivitas penebangan yang dilakukan dengan alat berat menyebabkan kerusakan yang terorganisir jauh lebih cepat dibandingkan metode tradisional. Perusahaan-perusahaan yang terlibat beroperasi di dalam area Hutan Produksi dan Hutan Produksi Terbatas, sehingga menciptakan kerugian ekosistem yang tidak dapat diperbaiki.
Menurut Supin, lokasi-lokasi yang terdampak merupakan habitat utama Gajah Sumatera yang seharusnya dilindungi. Ketidakteraturan dalam pengelolaan izin usaha menjadi salah satu faktor pelanggaran yang menyebabkan hilangnya hutan secara masif.
Dampak Terhadap Kehidupan Gajah Sumatera dan Ekosistem
Gajah Sumatera, yang terdaftar sebagai spesies terancam punah, menghadapi risiko kehilangan tempat tinggal dan sumber makanan. Dengan hanya tersisa sekitar 50 individu di wilayah tersebut, setiap hektare yang hilang berimplikasi langsung pada kelangsungan hidup mereka.
Pembukaan lahan untuk sawit berdampak pada berkurangnya keanekaragaman hayati. Banyak spesies lain yang juga tinggal di habitat tersebut mengalami disrupsi, yang pada gilirannya mempengaruhi keseimbangan ekosistem. Ketika hutan hilang, rantai makanan juga akan terpengaruh secara signifikan.
Koalisi Selamatkan Bentang Seblat menegaskan pentingnya tindakan segera untuk melindungi Gajah Sumatera. Tanpa langkah konkret untuk menghentikan perambahan, masa depan spesies ini semakin gelap karena kehilangan habitat yang terus berlangsung.
Upaya Perlindungan Hutan dan Gajah Sumatera di Bengkulu
Sejak tahun 2020, koalisi ini telah berupaya menekan pihak berwenang untuk mencabut izin usaha yang tidak sesuai. Mereka berargumentasi bahwa perusahaan-perusahaan tersebut melanggar kewajiban untuk menjaga dan melindungi sumber daya hutan di kawasan kerjanya.
Aspirasi untuk menyelamatkan lingkungan telah dibawa ke tingkat pemerintah dengan mengajukan evaluasi izin kepada Kementerian Kehutanan. Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Bengkulu telah mengambil langkah resmi untuk menuntut pertanggungjawaban perusahaan-perusahaan terkait.
Pemerintah diharapkan dapat memberikan perhatian lebih terhadap isu ini. Penegakan hukum yang tegas terhadap pelanggaran serta kebijakan perlindungan hutan yang lebih efektif menjadi kunci untuk menjaga ekosistem hutan dan populasi Gajah Sumatera.
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now







