Rupiah Terus Melemah terhadap Dolar AS pada 23 Oktober 2025
Daftar isi:
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat terpantau mengalami penurunan pada hari Kamis, 23 Oktober 2025. Hal ini membuat para analis mengamati dengan seksama pergerakan rupiah yang didorong oleh keputusan Bank Indonesia dalam menahan suku bunga acuan.
Pada penutupan perdagangan, nilai tukar rupiah terdepresiasi sebanyak 44 poin atau setara dengan 0,27 persen menjadi 16.629 per dolar AS. Angka ini menandakan adanya dinamika pasar yang perlu ditelisik lebih dalam oleh para pelaku ekonomi.
Kata analis mengenai kondisi ini mencuat dari pernyataan mereka terkait dampak dari keputusan BI. Terlebih lagi, pasar obligasi juga mengalami fluktuasi yang tampaknya berkaitan erat dengan kebijakan moneter yang diterapkan saat ini.
Analisis Kondisi Nilai Tukar Rupiah Secara Menyeluruh
Dalam pandangan Rully Nova, seorang analis dari Bank Woori Saudara, pelemahan nilai tukar rupiah bukanlah hal yang terlepas dari langkah BI yang memilih untuk mempertahankan suku bunga. Situasi ini mendorong pelaku pasar asing untuk melakukan penjualan terhadap obligasi negara Indonesia.
Tren penjualan obligasi ini, menurutnya, menjadi sinyal bahwa pasar masih cenderung meragukan stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian ekonomi global. Meskipun demikian, Rully menyebutkan bahwa ada minat dari pelaku asing dalam obligasi negara yang masih dinilai kompetitif.
Suku bunga yang tidak mengalami perubahan ini dianggap memberi pengaruh signifikan terhadap penjualan obligasi, khususnya dengan tenor lima tahun. Dampak dari keputusan yang diambil oleh BI ini tampaknya mempengaruhi keputusan investasi dari pelaku pasar yang sensitif terhadap perubahan suku bunga.
Rapat Dewan Gubernur BI dan Keputusan Suku Bunga
Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada bulan Oktober 2025 menghasilkan keputusan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 4,75 persen. Ini merupakan langkah penting yang bertujuan untuk menstabilkan ekonomi nasional di tengah berbagai tantangan global yang dihadapi.
Selain suku bunga acuan, BI juga menetapkan suku bunga deposit facility tetap di angka 3,75 persen. Hal ini menunjukkan upaya untuk menciptakan kejelasan dan kestabilan dalam kebijakan moneter yang diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi.
Secara keseluruhan, keputusan untuk menahan suku bunga juga menunjukkan adanya tekanan dari luar negeri yang masih terus menghantui nilai tukar rupiah. Ketidakpastian dalam kebijakan internasional, seperti perang tarif antara AS dan China, semakin memperberat situasi ini.
Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Stabilitas Rupiah
Salah satu faktor yang berimplikasi pada pergerakan nilai tukar rupiah adalah kondisi politik dan ekonomi di Amerika Serikat. Terlebih ketika pemerintah AS mengalami shutdown, yang sudah berlangsung hampir sebulan. Hal ini mempengaruhi rilis data ekonomi yang vital untuk pengambilan keputusan terkait kebijakan moneter.
Minimnya rilis data ekonomi menambah tantangan bagi The Fed dalam mengambil langkah selanjutnya mengenai suku bunga. Ini pada gilirannya menciptakan ketidakpastian di pasar keuangan global, termasuk Indonesia, yang sangat dipengaruhi oleh pergerakan dolar AS.
Dengan kondisi yang bergejolak ini, pelaku pasar diharapkan lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi. Variabel-variabel eksternal dapat dengan mudah memicu fluktuasi nilai tukar yang merugikan jika tidak dikelola dengan baik.
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now








