7 Santri Terjebak Masuk Fase Waktu Emas

Daftar isi:
Tragedi ambruknya musala di Pondok Pesantren Al Khoziny, yang terletak di Desa Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, telah menggemparkan masyarakat. Kejadian ini menelan korban jiwa dan meninggalkan dampak mendalam bagi keluarga santri yang terlibat. Proses evakuasi korban masih berlangsung dan menjadi fokus utama pihak berwenang.
Peristiwa tragis ini terjadi pada Senin (29/9), dan jumlah laporan kehilangan dari wali santri mencapai ratusan. Situasi ini tak hanya mengguncang Pondok Pesantren, tetapi juga membangkitkan solidaritas dari masyarakat untuk membantu proses evakuasi dan pencarian korban.
Tim SAR gabungan dikerahkan untuk menemukan dan mengevakuasi santri yang terjebak di bawah reruntuhan. Sementara itu, pihak kepolisian masih mengkaji kemungkinan adanya unsur pidana dalam insiden ini.
Ratusan Wali Santri Melapor Kehilangan Anak
Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur, Adhy Karyono, mengungkapkan bahwa hingga Selasa (30/9), tercatat 172 laporan kehilangan dari wali santri. Meskipun demikian, sebagian dari laporan tersebut telah ditemukan anggotanya dan kembali ke rumah sehat.
Adhy juga menyatakan bahwa proses evakuasi telah melibatkan anggota tim SAR gabungan yang bekerja keras di lokasi kejadian. Tim ini tidak hanya melakukan pencarian, tetapi juga memberikan makanan, minuman, dan oksigen bagi para santri yang mungkin terperangkap di bawah reruntuhan.
Dalam situasi mendasar ini, dukungan dari masyarakat sangat diperlukan. Beberapa warga di sekitar lokasi turut aktif membantu, baik dalam proses evakuasi maupun menyediakan kebutuhan bagi petugas.
Korban Meninggal dan Mereka yang Masih Hidup
Hingga Selasa malam, tiga korban dinyatakan meninggal dunia. Korban pertama adalah Mualana Sefian Ibrahim, seorang santri asal Surabaya, yang ditemukan pada hari Senin. Dua korban lain yang juga meninggal, sedang dirawat di RSUD Notopuro Sidoarjo.
Di rumah sakit tersebut, sekitar 40 orang mendapat perawatan karena mengalami luka-luka, dengan delapan di antaranya saat ini masih dirawat. Kondisi salah satu pasien dinyatakan dalam status kritis dan masih berada di IGD.
Berita baiknya, ada tujuh santri yang terdeteksi masih hidup di bawah reruntuhan. Korban-korban ini memperoleh komunikasi dengan petugas dan menjadi harapan bagi proses evakuasi yang tengah berlangsung.
Proses Evakuasi Terkendala Runtuhan
Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak, menyatakan bahwa proses evakuasi menghadapi banyak rintangan. Konstruksi reruntuhan yang tidak stabil menambah kompleksitas situasi di lapangan.
Untuk menjaga keselamatan, pihak berwenang telah meminta anggota masyarakat untuk menjauhi lokasi. Pembersihan dan pensterilan area sekitar Ponpes Al Khoziny dilakukan dengan ketat.
Emil juga menegaskan bahwa keselamatan semua pihak, termasuk petugas yang berada di lapangan, adalah prioritas utama dalam operasi ini. Pihaknya berharap proses evakuasi dapat berlangsung dengan selamat.
Menteri Agama Siapkan Aturan Pembangunan Pondok Pesantren
Menanggapi insiden ini, Menteri Agama Nasaruddin Umar menyatakan bahwa pemerintah akan menyusun ketentuan khusus untuk pembangunan pondok pesantren. Langkah ini diharapkan dapat memperketat standar konstruksi sehingga kejadian serupa tidak terulang.
Menteri juga menyampaikan pentingnya keselamatan santri sebagai prioritas utama dalam setiap proyek pembangunan. Dengan adanya ketentuan yang jelas, diharapkan semua pihak dapat lebih bertanggung jawab.
Nasaruddin berharap bahwa peristiwa ini bisa menjadi pelajaran berharga bagi semua stakeholders dalam pengelolaan lembaga pendidikan Islam.
Fase Kritis untuk Korban yang Terperangkap
Kepala Kantor SAR Kelas A Surabaya, Nanang Sigit, menyatakan bahwa fase kritis bagi korban yang terperangkap diperkirakan berlangsung selama tiga hari setelah kejadian. Dalam fase ini, ketersediaan makanan dan oksigen sangat menentukan kelangsungan hidup mereka.
Proses evakuasi menghadapi tantangan besar karena akses menuju lokasi yang belum sepenuhnya aman. Tim SAR diharap dapat menciptakan jalur untuk memberikan oksigen dan makanan kepada korban yang masih hidup.
Hingga Selasa malam, tujuh santri yang diyakini masih hidup terus dipantau, namun kondisi mereka bervariasi. Tim berusaha keras menciptakan akses yang memungkinkan evakuasi segera dilakukan.
Pencarian Korban Berlangsung Hingga Tujuh Hari ke Depan
Proses pencarian para korban ambruknya musala di pondok pesantren ini diperkirakan akan berlangsung hingga tujuh hari ke depan. Tim SAR akan terus berusaha mengevaluasi keadaan, termasuk menggunakan alat berat bila diperlukan untuk mengevakuasi.”—
Nanang menggarisbawahi bahwa jika fase kritis telah terlewati, penilaian lebih lanjut akan dilakukan untuk menentukan langkah evakuasi selanjutnya. Dengan bantuan masyarakat dan berbagai pihak, diharapkan semua yang terjebak dapat ditemukan secepatnya.
Keberanian dan dedikasi tim SAR dalam menghadapi situasi berbahaya patut diapresiasi. Saat ini, semua mata tertuju pada upaya penyelamatan dan harapan akan keselamatan para santri yang terkena dampak.
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now