Pemulihan Ratusan SPPG Terhambat di Sumatera dan Aceh
Daftar isi:
Ratusan fasilitas Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di wilayah Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat mengalami kebangkrutan operasional akibat bencana alam yang beruntun melanda kawasan tersebut. Kepala Badan Gizi Nasional, Dadan Hindayana, menyampaikan bahwa banyak unit SPPG yang tidak berfungsi karena kerusakan sarana dan terputusnya akses komunikasi yang vital.
Dadan menjelaskan bahwa dari jumlah tersebut, sebanyak 129 SPPG di Aceh hingga saat ini belum bisa dihubungi dan diduga terkena dampak yang cukup parah. Kondisi yang sama juga dilaporkan terjadi di Sumatera Utara dan Sumatera Barat, meskipun jumlah fasilitas yang mengalami kerusakan masih dalam proses pendataan resmi.
Dalam situasi yang mendesak ini, Dadan mengungkapkan bahwa upaya pemulihan sangat krusial untuk memastikan masyarakat tetap mendapatkan layanan yang diperlukan. Meskipun banyak fasilitas terhalang, ia memastikan ada unit yang tetap beroperasi untuk membantu warga terdampak.
Fasilitas SPPG yang Terdampak Bencana di Tiga Provinsi
Dari laporan terkini, di Aceh terdapat 106 SPPG yang masih aktif dalam melayani pengungsi, serta 80 SPPG lainnya yang tetap menjalankan program layanan reguler. Sementara itu, di Sumatera Utara, tercatat 148 SPPG yang masih berfungsi, dan di Sumatera Barat terdapat 66 unit yang tetap memberikan pelayanan.
Dadan mengonfirmasi, “Di Aceh itu masih ada 106 SPPG yang bisa melayani pengungsi. Dengan jumlah 80 yang masih berjalan normal untuk penerima manfaat.” Jalur komunikasi yang terputus menjadi salah satu tantangan terbesar dalam memastikan bantuan bisa sampai ke masyarakat yang membutuhkan.
Di tengah tantangan ini, Dadan menegaskan pentingnya keberlanjutan layanan gizi untuk pengungsi dan masyarakat lainnya. Penanganan yang tepat dan cepat diharapkan bisa mengurangi dampak jangka panjang dari bencana ini.
Tindak Lanjut Memasuki Fase Pemulihan Pascabencana
Memasuki fase pemulihan, Badan Gizi Nasional bertekad untuk melakukan identifikasi kerusakan yang terjadi di setiap SPPG untuk merencanakan langkah konkret selanjutnya. Proses ini termasuk kemungkinan membangun kembali fasilitas yang rusak berat atau bahkan hilang akibat bencana.
Dadan menekankan, “Kita harus memberi bantuan kepada masyarakat yang terdampak.” Ini berarti bahwa setiap langkah ke depan akan difokuskan tidak hanya pada rehabilitasi fisik, tetapi juga pada pemulihan layanan gizi yang berkelanjutan di daerah tersebut.
Ia menambahkan bahwa pendekatan solidaritas dari mitra-mitra di seluruh Indonesia menjadi salah satu opsi. Kolaborasi ini diharapkan bisa mendukung proses pembangunan SPPG yang mengalami kerusakan.
Pentingnya Dukungan Masyarakat dalam Pemulihan SPPG
Dadan menegaskan bahwa seluruh 17.060 SPPG yang ada di Indonesia merupakan hasil kolaborasi antara masyarakat dan mitra program tanpa bergantung sepenuhnya pada anggaran pemerintah. Hal ini menunjukkan pentingnya kontribusi dan dukungan masyarakat dalam pembangunan fasilitas layanan gizi.
Kepedulian dan dukungan dari semua pihak sangat diperlukan untuk memastikan SPPG yang terdampak dapat kembali beroperasi dengan baik. Badan Gizi Nasional berharap agar semua elemen masyarakat berpartisipasi dalam pemulihan ini.
Dalam konteks ini, transparansi dalam pendataan fasilitas yang terdampak juga sangat penting. Upaya pengumpulan data yang akurat dan menyeluruh akan membantu dalam perencanaan dan alokasi sumber daya yang tepat sasaran.
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now








