Soal Ikan Hiu Jadi Menu di Ketapang Kearifan Lokal
Daftar isi:
Badan Gizi Nasional (BGN) baru-baru ini berkomentar mengenai menu Makan Bergizi Gratis (MBG) yang melibatkan ikan hiu di SDN 12, Kecamatan Benua Kayong, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Menu tersebut menimbulkan masalah serius yang berujung pada keracunan di kalangan siswa, menciptakan perhatian besar di masyarakat.
Wakil Kepala BGN, Nanik S. Deyang, menjelaskan bahwa hidangan ikan hiu hanya disajikan dua kali selama program. Menurutnya, jika ada makanan yang terbukti menyebabkan masalah kesehatan, pihaknya tidak akan meneruskannya di daerah tersebut.
“Jika ditemukan makanan yang telah menyebabkan kasus keracunan, kami akan menghentikan penggunaannya di wilayah itu meskipun terdapat potensi sumber protein dari ikan hiu,” tegasnya. Angka keracunan yang dialami siswa ini mendesak pihak berwenang untuk memeriksa lebih dalam.
Pengawasan Menu Makanan dalam Program MBG di Sekolah
Nanik menegaskan pentingnya menyesuaikan pilihan menu dalam MBG dengan kearifan lokal serta ketersediaan bahan makanan di setiap wilayah. Menu apapun yang disajikan harus mencerminkan makanan yang lazim dan aman bagi siswa di daerah tersebut.
Dia juga mengakui bahwa beberapa wilayah memiliki sumber makanan yang berbeda. Misalnya, di lokasi tertentu, ikan tongkol merupakan bahan makanan yang umum digunakan akibat tingginya ketersediaannya.
“Kami tidak hanya memberikan makanan gratis, tetapi juga memastikan bahwa hidangan yang dibagikan adalah sesuai dengan apa yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat setempat,” katanya. Hal ini menunjukkan bahwa BGN memahami di mana letak kebutuhan gizi yang sesuai untuk para siswa.
Respons Terhadap Isu Keracunan dan Alergi
Isu keracunan yang melibatkan ribuan siswa membuat BGN menghadapi tantangan baru. Nanik memberi penjelasan mengenai kerumitan yang terjadi sebagai akibat dari reaksi alergi yang sering tumpang tindih dengan isu keracunan. Ia mencatat bahwa tidak semua kasus yang dilaporkan adalah akibat dari keracunan.
Di sebelum program, guru dan orang tua siswa diminta untuk mengisi formulir yang merinci jenis alergi yang mungkin dimiliki anak-anak. Langkah ini dimaksudkan untuk menghindari permasalahan di masa mendatang.
“Ada kemungkinan kasus alergi karena makanan yang sering terjadi, seperti alergi udang bahkan alergi mayonnaise,” ujarnya. Pembukaan formulir tersebut diharapkan bakal mengurangi jumlah insiden yang tidak diinginkan di antara siswa.
Perhatian Terhadap Kesehatan dan Keamanan Siswa
Kesehatan dan keselamatan siswa menjadi topik utama dalam setiap diskusi mengenai program MBG. Nanik menyatakan bahwa pihak sekolah dan orang tua diharapkan saling berkolaborasi untuk memantau reaksi siswa setelah menerima makanan.
Selain itu, komunikasi yang baik antara pihak sekolah dan orang tua diperlukan untuk memastikan siswa mendapatkan makanan yang aman sesuai dengan kebutuhan mereka. Pelibatan masyarakat dalam mengawasi kualitas makanan merupakan langkah penting yang harus diambil.
“Kami selalu siap untuk menerima masukan dari masyarakat terkait menu yang disajikan, agar dapat memperbaiki kualitas layanan kami,” tutup Nanik. Dengan pendekatan yang lebih partisipatif, BGN berharap bahwa kejadian serupa tidak akan terulang di masa mendatang.
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now








