Wajibkan SPPG Miliki Fasilitas Bahan Baku Air Berfilter dan UV
Daftar isi:
Rencana pengelolaan makanan bergizi gratis di Indonesia kini menghadapi tantangan serius. Badan Gizi Nasional (BGN) memperkenalkan kebijakan baru untuk memastikan bahwa sumber air yang digunakan dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG) memenuhi standar kualitas tertentu.
Sebagai langkah awal, semua Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) diwajibkan untuk menggunakan air mineral dalam kemasan galon. Ini merupakan tindakan preventif guna mencegah risiko keracunan yang disebabkan oleh kualitas air yang tidak terjamin.
Dalam sebuah acara di Jakarta, Wakil Kepala BGN, Nanik S Deyang, menjelaskan bahwa masalah keracunan makanan merupakan isu urgen yang harus segera ditangani. Menurutnya, banyak kasus keracunan yang terjadi disebabkan oleh kualitas air yang rendah.
Pentingnya Penggunaan Air Bersertifikat untuk Menghindari Keracunan
Dalam pemaparannya, Nanik mengungkapkan bahwa beberapa insiden keracunan makanan di Indonesia terkait langsung dengan air yang digunakan dalam proses memasak. Salah satu contoh kasus terjadi di Kabupaten Bandung Barat, yang menunjukkan bahwa 72 persen dari keracunan di daerah tersebut berhubungan dengan kualitas air.
Kualitas sanitasi di sekitar SPPG juga menjadi perhatian serius. Nanik menekankan bahwa hal ini merupakan faktor penting yang perlu diperbaiki untuk mencegah kejadian serupa di masa depan. Dia berharap bahwa dengan adanya regulasi baru, akan ada penurunan signifikan dalam jumlah kasus keracunan makanan.
BGN berkomitmen untuk memastikan bahwa semua SPPG memiliki fasilitas yang memadai untuk mengelola dan memfilter air sebelum digunakan. Langkah ini tidak hanya demi kepentingan pangan, tetapi juga keselamatan anak-anak Indonesia.
Faktor Penyebab Keracunan Makanan dalam Program Makan Bergizi Gratis
Kepala BGN, Dadan Hindayana, menjelaskan lebih lanjut bahwa meskipun Program MBG bertanggung jawab atas 46 persen dari total kasus keracunan pangan, masih ada sejumlah faktor lain yang juga berkontribusi. Ini mencakup aspek lain yang mungkin belum mendapatkan perhatian yang cukup dari media atau masyarakat.
Dalan pemaparan data, Dadan menegaskan bahwa penting untuk mengedukasi masyarakat mengenai bahaya yang datang dari sumber pangan selain MBG. Hal ini mencakup kebiasaan penyimpanan dan pengolahan makanan yang kurang tepat, yang dapat menyebabkan keracunan.
Pendidikan kepada masyarakat menjadi kunci untuk menurunkan angka keracunan yang diakibatkan oleh makanan. Oleh karena itu, kolaborasi antara lembaga terkait sangat dibutuhkan untuk menciptakan sistem pencegahan yang lebih efektif.
Renovasi dan Peningkatan Standar Sanitasi di SPPG
Penyimpanan bahan makanan yang tidak tepat di SPPG juga masuk dalam perhatian. Satriyo Krido Wahono, Kepala Pusat Riset Teknologi dan Proses Pangan di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), mengungkapkan temuan bahwa banyak pengelola makanan yang berpikir menyimpan bahan makanan di freezer selalu aman.
Namun, Satriyo mengingatkan bahwa prinsip ini perlu direvisi. Penyimpanan bahan dalam jumlah besar tanpa memperhatikan suhu yang tepat dapat mengakibatkan pertumbuhan bakteri dan menurunkan kualitas makanan. Hal ini berpotensi mengancam kesehatan para penerima manfaat Program MBG.
Selain itu, masalah distribusi juga layak diperhatikan. Keterbatasan kendaraan untuk mengangkut makanan dapat membuat makanan terlambat sampai ke tangan masyarakat, yang berimbas pada kualitas makanan yang dihasilkan. Oleh karena itu, perbaikan dalam infrastruktur distribusi juga menjadi sangat penting.
Langkah Lanjutan untuk Meningkatkan Kualitas Makanan Bergizi Gratis
Sejalan dengan rencana peningkatan standar dan kualitas makanan, BGN berusaha untuk mengimplementasikan Peraturan Presiden (Perpres) yang akan mengatur tata kelola Program MBG. Perpres ini diharapkan dapat memberikan kepastian hukum dan standar yang jelas bagi pengelolaan makanan bergizi di seluruh Indonesia.
Nanik mengkonfirmasi bahwa sudah ada 112 dapur SPPG yang ditutup sementara akibat tidak mematuhi standar kualitas. Mereka diperkenankan untuk beroperasi kembali, tetapi harus memenuhi syarat yang ketat. Jika melanggar lagi, mereka akan ditutup secara permanen.
Tindakan tegas ini menunjukkan komitmen BGN untuk menjaga kualitas dan keselamatan makanan yang disajikan bagi anak-anak Indonesia. Harapannya, langkah-langkah ini dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi generasi mendatang.
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now









