Kericuhan Sorong Akibat Pembakaran Mahkota Burung Cenderawasih oleh BKSDA Papua
Daftar isi:
Aksi protes sekelompok pemuda dan remaja di Kota Sorong, Papua Barat Daya, pada Jumat (24/10/2025) dini hari berlangsung dengan cara yang cukup ekstrem. Protes ini terjadi sebagai reaksi terhadap pembakaran mahkota burung cenderawasih oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam setempat beberapa waktu yang lalu.
Massa yang berpartisipasi dalam aksi ini memblokade Jalan Ahmad Yani, tepat di depan pertokoan Saga, untuk menunjukkan ketidakpuasan mereka. Mereka membakar ban bekas dan menumpuk batu serta ranting pohon, menyebabkan arus lalu lintas terhenti total.
Situasi menjadi semakin tegang ketika aparat dari Polsek Sorong Kota yang dipimpin oleh AKP Disa Javier Suwarta Putra berusaha untuk menenangkan massa. Namun, upaya tersebut justru mendapatkan respons negatif, di mana massa melempar batu, kayu, dan botol kaca ke arah petugas.
Upaya Aparat dalam Mengendalikan Situasi Kerusuhan
Pihak kepolisian sempat mengeluarkan tembakan peringatan ke udara untuk meredakan ketegangan. Segera setelah itu, satu regu Dalmas dari Polresta Sorong Kota tiba di lokasi untuk memperkuat pengamanan.
Meskipun ada upaya mediasi dari aparat keamanan, situasi masih sulit teratasi. Tindakan protes yang semakin liar menandakan ketidakpuasan yang mendalam di kalangan masyarakat terhadap keputusan yang diambil oleh pemerintah setempat.
Salah satu tokoh masyarakat yang hadir dalam aksi tersebut mengungkapkan kekecewaannya terhadap tindakan BKSDA. Dia menjelaskan bahwa burung cenderawasih merupakan simbol kebanggaan masyarakat Papua yang harus dilindungi.
Penyebab dan Latar Belakang Pembakaran Mahkota Burung Cenderawasih
Pembakaran mahkota burung cenderawasih itu sebenarnya berkaitan dengan upaya pelestarian lingkungan dan konservasi. Namun, banyak warga yang merasa tindakan tersebut terlalu ekstrem dan tidak mempertimbangkan aspek budaya setempat.
Bagi masyarakat Papua, burung cenderawasih tidak hanya merupakan fauna yang dilindungi tetapi juga memiliki nilai budaya yang sangat tinggi. Oleh karena itu, aksi pembakaran ini dianggap sebagai penghinaan dan penyerangan terhadap identitas mereka.
Melihat kondisi ini, sejumlah pihak mulai menyerukan dialog yang lebih mendalam antara masyarakat dan pemerintah. Mereka merasa perlu ada pemahaman yang lebih baik mengenai nilai-nilai budaya yang dipegang teguh oleh masyarakat Papua.
Respon Masyarakat terhadap Rencana Konservasi BKSDA
Masyarakat Sorong mulai mempertanyakan tujuan dari tindakan konservasi yang dilakukan oleh BKSDA. Dalam pandangan mereka, konservasi tidak seharusnya mengabaikan nilai-nilai lokal yang selama ini melekat erat dalam kehidupan mereka.
Beberapa komunitas di Sorong berniat mengadakan pertemuan untuk membahas isu ini lebih lanjut. Mereka ingin menyampaikan aspirasi dan meminta agar pendapat mereka didengar sebelum keputusan yang signifikan diambil.
Masalah ini juga menarik perhatian berbagai kalangan, termasuk akademisi dan aktivis lingkungan. Mereka menawarkan perspektif baru dalam penanganan isu ini dengan mengedepankan kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat setempat.
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now







